

Duferrez Putra Devis
Taruna STMKG Prodi Instrumentasi-MKG


Ibu pertiwi indah tersenyum
Bibirnya merah ranum
Matanya berbinar alun
Menantap kagum nusantara yang anggun
Bianglala bersandar mesra di pangkuan cakrawala
Menenangkan badai yang mengaung gundah
Menghibur awan yang kadang lara
Memberi rona di kala mendung mulai bernada
Menyelipkan embun di sela daun jenggala
Berlaksa langkah bebas bertandang
Semua tanah menerima lapang
Tanpa ragu yang menghadang
Di kala pagi
Jalanan sering tertatih
Menghitung alunan kaki yang tak henti menari
Kapur tulis lentik berharmoni
Mengikuti getar lisan yang bermelodi
Mengukir aksara di kanvas hari
Memukau anak bangsa yang menatapi
Gedung-gedung tak pernah sepi
Ditemani riuh insan berdiskusi
Dibelai lembut aroma kopi
Semua raga tenang menghela
Membiarkan nafas bebas berdesah
Menyambut mesra semua udara
Tanpa memandang siapa tuannya
Namun, semua perlahan sirna
Menghilang dari bumantara
Wabah durjana angkuh bertahta
Memaki hari yang mencoba menyapa
Menancapkan bisa menyentuh selubung asa
Melontarkan nada tajam yang tak terduga
Mengubah alur nusantara
Jumantara lirih berkata
Dunia telah membeda ratusan langkah
Jabat tangan hilang tanpa suara
Silaturahim lama tak menyentuh bola mata
Tinggal memori tua kerdip menyala
Gedung-gedung menciut resah
Sebab rumah lebih dimanja
Langah kaki jarang bersenda
Jalanan hampa kehilangan lakonnya
Laksana nyawa tanpa raga
Hela nafas kini tersekat secerca kain yang menjamah
Yang mengaburkan senyum dari pandangan mata
Keadaan memaksa memisahkan raga
Dalam jarak yang membungkam rasa
Bahtera bangsa mulai berguncang
Perekonomian mulai meradang
Jutaan insan kehilangan pekerjaan
Lembayung senja enggan berwarna
Menatap bangsa yang dilanda nestapa
Dipaksa merubah tatanan lama
Demi pulih yang didamba
Wahai jiwa bangsa yang bijaksana
Tabah kita sedang dicoba
Sabar kita sedang digoyah
Bencana bukan datang tanpa makna
Sang Pencipta sedang menasihati dengan cara-Nya
Pisahkan putih di atas hitam
Jamah pelajaran yang mungkin terpendam
Bungkam prasangka yang berdetak tak beraturan
Bangsa memang sedang lara
Dunia memang sedang tak berima
Namun, syukur harus tetap mengakar di jiwa
Atas kenikmatan-Nya yang tak terhingga
Wahai pemuda bangsa
Jangan kalah dengan bencana yang menjarah
Alunkan rangka merajut apapun yang engkau bisa
Mulailah menyapa tatanan baru yang tercipta
Patuhi aturan yang mendekap nusantara
Agar indah kembali bertahta
Manna, 27 Maret 2021